Senin, 25 Oktober 2010

Aplikasi Budidaya Padi SRI Skala Daerah Irigasi Pada Daerah Irigasi Existing

Oleh : Eko Suhartono, anggota HATHI-NTB
KTA: 132529

1. LATAR BELAKANG

Seiring dengan pertambahan penduduk dan konversi lahan pertanian tanaman pangan produktif menjadi lahan permukiman, fasilitas umum dan sosial yang terus meningkat, keterbatasan ketersediaan air dan meningkatnya kebutuhan pemanfaatan SDA untuk keperluan air baku, dan rendahnya akselerasi pembukaan lahan pertanian baru, maka keberhasilan swasembada pangan yang berhasil dicapai beberapa tahun terakhir ini akan sulit tercapai pada beberapa tahun mendatang.

Selama ini dari Dinas atau Departemen terkait upaya peningkatan produktifitas lahan terfokus dari aspek pemuliaan bibit unggul dan aspek penelitian aplikasi pupuk yang lebih efisien dan efektif.

Namun penelitian terhadap aplikasi/metode pemberian air yang efisien/hemat air tetapi dapat meningkatkan produktifitas padi seperti dikesampingkan.
Oleh sebab itu dan kepentingan dalam pengoptimalan serta efisiensi SDA yang terbatas, perlu menengok dan lebih peduli untuk melakukan penelitian terhadap peningkatan produktifitas lahan dari aspek metode pemberian air yang efisien/hemat air.

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh intansi pemerintah, DPU dan Dinas Pertanian, nyata bahwa budidaya padi dengan sistem SRI (sistem pemberian air terputus) berhasil meningkatkan produktifitas antara 30% - 100% dengan tingkat efisiensi penggunaan air antara 30% - 40% dibanding dengan metode budidaya padi sistem pemberian air konvensional.

Namun keberhasilan tersebut didapat dari aplikasi metode budidaya padi sistem SRI pada lahan terbatas, yang hanya melibatkan beberapa hektar sawah dan beberapa petani/P3A. Atau di Jawa Barat sistem SRI baru diaplikasi pada tingkat satu petak tersier. Dan belum ada yang mencoba meneliti apa yang terjadi jika aplikasi SRI diterapkan pada skala yang lebih besar atau pada skala Daerah Irigasi? Kendala dan permasalahan apa yang timbul? Dan langkah antisipasi apa yang dapat dilakukan?

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba memaparkan hasil kajian teoritis jikalau sistem SRI diterapkan pada skala Daerah Irigasi untuk memberi gambaran permasalahan dan kendala yang dapat timbul selama periode budidaya.


Keywords : Peningkatan produktifitas (padi) lahan pertanian tidak hanya dapat diperoleh dengan pemuliaan bibit unggul dan aplikasi pupuk berteknologi terkini, tetapi dapat juga dengan aplikasi metode pemberian air yang tepat dan hemat.


2. PENGERTIAN PENGAIRAN INTERMITTENT

Mengalirkan air ke areal (blok) irigasi selama waktu tertentu kemudian menghentikan dan mengalirkannya kembali sesuai jadwal.

Sejak adanya Pola SRI di Indonesia, dikenal 2 jenis pengairan intermittent/terputus/gilir, yaitu:

(a). INTERMITTENT KONVENSIONAL, direncanakan karena ketersediaan air lebih kecil dari kebutuhan air, atau dengan kata lain fungsi supply < fungsi demand , dengan menerapkan K pasten

(b). INTERMITTENT SRI, direncanakan karena pertimbangan kebutuhan air untuk dapat tumbuh secara optimal dan berproduksi tinggi serta penghematan penggunaan air.


3. KONSEP SISTEM PENGAIRAN SRI

Inti konsep pengairan Intermittent SRI adalah “hanya memberikan air irigasi sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan oleh tanaman”.
Pada saat genangan air di sawah telah habis, tidak langsung diairi kembali melainkan dibiarkan sampai tanah sawah dalam “kondisi retak” atau pada kondisi mendekati titik stress tanaman, baru diairi kembali.

Ilustrasi siklus genangan air di sawah pola SRI per periode pemberian air adalah sebagai berikut :

Free Download Disini

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Komentar anda sangat kami hargai. Isikan pendapat anda tentang tulisan ini di bawah ini ...